Rabu, 08 Juni 2011

Anaconda Terbesar

Kedengarannya seperti salah satu episode dari film petualangan Indiana Jones. Setelah 23 tahun melakukan penelitian terhadap kebudayaan kuno yang berumur 3000 tahun di tiga benua dengan menggunakan bantuan citra satelit, seorang ayah dan anak melakukan perjalanan luar biasa jauh ke dalam belantara hutan Amazon untuk mengkonfirmasi teori mereka bahwa ada Anaconda Raksasa yang jauh lebih besar dari yang pernah dikenal hidup di hutan ini. Mereka menemukannya, bahkan memotretnya.
Mike Warner (73) dan anaknya Greg (44) menemukan seekor ular yang disebut memiliki panjang 40 meter dengan diameter badan 2 meter. Ular ini telah mengkerdilkan seluruh ular raksasa yang pernah dikenal selama ini.

Warna tubuh anaconda ini bukan hijau melainkan coklat gelap dan dikenal oleh penduduk lokal dengan sebutan "Boa Hitam" atau "Yacumama". "Yacumama diterjemahkan sebagai "Ibu Perairan", lewiatan-nya hutan belantara, dan keberadaan ular ini telah dikonfirmasikan oleh sejarah dan kebudayaan masyarakat Amazon.

Mike, yang buta sebelah telah menghabiskan 23 tahun meneliti keberadaan makhluk ini, namun baru 6 bulan yang lalu ia mendapat semangat tambahan ketika anaknya menemukan dokumen-dokumen penelitiannya dan memutuskan untuk bergabung dengan penelitian luar biasa ini. Mike yang telah menabung seumur hidupnya untuk ekspedisi ini segera pergi ke Amazon bersama Greg dalam sebuah tim kecil.

Penduduk lokal yang diwawancarai mengatakan bahwa apabila ular itu berenang, air sungai akan berguncang hebat dan ular itu dapat menerkam seekor monyet yang sedang berada di pohon secepat kilat. Mereka kemudian mengambil lebih dari 700 foto dan 5 jam rekaman video. Setelah itu mereka melakukan perjalanan pulang untuk meneliti foto-foto tersebut.

"Data yang kami kumpulkan sangat luar biasa. Kami menemukan banyak jalur-jalur yang tercipta ketika ular ini bergerak. Kami melihat pohon-pohon setinggi 90 kaki rubuh akibat dilewati ular ini. Dan yang terpenting, kami berhasil mengambil foto salah satu makhluk ini ketika ia sedang bergerak di air." Kata Greg.

Tim mereka menghabiskan 12 hari di hutan belantara pada Maret 2009 dan mengumumkan penemuan mereka pada 2 Mei 2009.

Laporan mengenai adanya ular raksasa anaconda dapat dilacak kebelakang hingga tahun 1906 ketika kolonel Percy Fawcett yang diutus Royal Geographical Society untuk membuat peta hutan Amazon menemukan jejak anakonda selebar 6 kaki, atau sekitar 1,8 meter. Dan menurut Greg, catatan kolonel Fawcett telah membantu ia menemukan ular raksasa itu.

Greg mengatakan,"Pahlawan sesungguhnya adalah ayahku. Ia menghabiskan 23 tahun untuk meneliti keberadaan ular ini dan bertekad untuk berhasil ketika orang lain telah putus asa."

Sekarang mereka telah membagi hasil penemuan mereka kepada Pemerintah Peru, National Geographic Society di Washington dan Queens University di Belfast. Dan mereka berencana untuk kembali lagi ke hutan itu untuk menemukan anakonda raksasa lainnya, kali ini dengan kru televisi.

Bunga Terbesar di Dunia

Bunga terbesar di dunia adalah Rafflesia arnoldii. Bunga ini jarang ditemukan di hutan hujan Indonesia. Bunga ini dapat tumbuh sampai 3 kaki diameter dan berat sampai 15 pound. Rafflesia arnoldii adalah tanaman parasit, terlihat tanpa daun, akar, atau batang. Mengikat dirinya pada tanaman inang untuk mendapatkan air dan nutrisi. Ketika mekar, bunga Rafflesia memancarkan bau menjijikkan, mirip dengan daging busuk. bau ini menarik serangga yang menyerbuki tanaman.

Bunga lain yang sangat besar ditemukan di Indonesia adalah Amorphophallus titanum, atau arum Titan. Ia juga dikenal sebagai bunga mayat, untuk bau tak enak nya. Seperti Rafflesia, Titan memancarkan bau busuk daging untuk menarik penyerbuk. Secara teknis, Titan arum bukan bunga tunggal. Bunga ini adalah kumpulan bunga kecil banyak, yang disebut sebuah perbungaan. The Titan arum memiliki perbungaan bercabang terbesar dari semua tanaman berbunga. Tanaman ini dapat mencapai ketinggian dari 7 sampai 12 kaki dan berat sampai 170 pound.

Gambar Rafflesia arnoldii

.


Sejarah Pulau Jawa

Sejarah Pulau Jawa (The History of Java) adalah buku yang dikarang oleh Sir Thomas Stamford Raffles dan diterbitkan pada tahun 1817. Dalam buku ini, Raffles yang memerintah sebagaiGubernur-Jendral di Hindia-Belanda dari tahun 1811-1816 menuliskan mengenai keadaan penduduk di pulau Jawa, adat-istiadat, keadaan geografi, sistem pertanian, sistem perdagangan, bahasa dan agama yang ada di pulau Jawa pada waktu itu. Buku ini diterbitkan dalam dua bendel (volume I: 479 halaman, dan volume II: 291 halaman, dilengkapi dengan banyak halaman bergambar) dan dicetak ulang pada tahun 1965 oleh Oxford University Press di London.

Pada salah satu bab dari buku ini, Raffles menceritakan mengenai upacara adat yang dilakukan dalam penyambutan kelahiran bayi, dalam perkawinan, dan pada upacara kematian yang biasa dilakukan sejak zaman dulu kala hingga pada saat itu. Buku ini juga berisi tentang upacara selamatan dan perayaan yang menampilkan tarian tradisional dan pertunjukkan wayang pada abad ke-19 dan sebelumnya.

Buku ini merupakan buku yang berbeda dengan buku Babad Tanah Jawi yang dikarang oleh carik Braja pada zaman pemerintahan Sunan Pakubuwono III di Surakarta.

Sejarah Sungai Amazon

Saya mau bahas tentang salah satu jenis anakonda yang konon paling gede.. yang terkenal dengan julukan Sucuriju Gigante!

Sucuriju gigante adalah seekor anakonda raksasa yang konon hidup di amazon. Beda dengan anakonda biasa yang panjangnya 10 meteran, konon sucuriju bisa mencapai panjang 40 meter! Dengan diameter 80 cm dan berat 5 ton, dia bisa ngancurin truk dengan sekali lilit, menurut suku asli amazon, sucuriju ini adalah pencipta dari sungai amazon yang konon ketika hujan lebat menciptakan lumpur dimana2 keluar gigante terbesar yang pernah ada.

Ini adalah gambar Sungai Amazon Guys

Dan ini beberapa fakta dari kesaksian2

Waktu Paus memberi bagian Amerika Selatan ke Spanyol dan yang lainnya ke Portugal dalam Perjanjian Tordesilla (dulu portugis ma spanyol rebutan amerika), Spanyolpun menjelajahi hutan tropis di amerika selatan. Konon waktu mereka balik mereka bawa cerita tentang ular yang sangat besar yang mereka sebut matora, atau “pemakan banteng”. Menurut laporan mereka, ular ini mencapai lebih dari 80 meter panjangnya.

Kolonel Percy Fawcett, yang dikirim untuk memetakan bagian-bagian dari Amazon, mengklaim telah bertemu anaconda sepanjang 62 kaki. Sebagai petugas Royal Engineers ia menuliskan informasinya cermat. Berikut buku hariannya:
“Aku mengambil senapan untuk menembak makhluk yang mulai membuatperahu kami kandas, aku menembaknya tepat di tulang belakangnya dengan kaliber 44. Kami melangkah mendekati darat dan mendekati makhluk dengan hati-hati. Sejauh yang dapat diukur, panjangnya 45 kaki terapung di air dan 17 kaki di dalam air, sehingga total panjang 62 kaki . Tubuhnya tidak tebal, tidak lebih dari 12 inci diameternya, tapi mungkin sudah lama tanpa makanan. ”

Pada tahun 1925, Pastor Victor Heinz juga melihat salah satu ular, kemungkinan besar anaconda, sedangkan orang-orang Negro Rio Sungai Amazon. Mengatakan bahwa mereka ngeliat ular sepanjang 80 kaki dan tubuh setebal drum.

Bernard Huevelmans, ayah Cryptozoology, mencatat pertemuannya dengan sebuah anaconda dengan sekelompok orang Prancis dan Brasil.

Kami melihat ular tidur di padang rumput. Kami segera melepaskan tembakan ke tubuhnya. Tembakan membuatnya kejang dan dia mencoba lari, tapi kami berhasil mengejar dan menghabisinya. Saat itulah kami menyadari betapa besar ular itu, ketika kami berjalan mengitarinya, panjang tubuhnya sepertinya tidak akan pernah berakhir Yang membuat saya kagum adalah kepala besarnya, berbentuk segitiga sekitar 24 inci.. Kami tidak memiliki alat untuk mengukur binatang itu, tapi kami mengukurnya dengan merentangkan tangan kami. Kami mengukurnya dan menyimpulkan kalo makhluk itu panjangnya lebih dari 23 meter (75kaki). ”

The Diario, surat kabar dari Pernambuco di Brasil, dari 24 Januari 1948 menerbitkan sebuah artikel dengan judul ‘anaconda Beratnya 5 Ton. ” Gambar menunjukkan bagian dari anaconda raksasa yang tertangkap oleh ras Indian. Mereka menangkapnya waktu anakonda itu tidur setelah makan banteng, panjangnya 131 meter. Empat bulan kemudian, surat kabar dari Rio berjudul A Noite Illustrada menampilkan satu foto anaconda dibantai oleh Milisi. Ini panjang mencapai 115 meter.

Kolonel Rene van Lierde adalah pilot helikopter yang sedang terbang di atas provinsi Katanga. Ular raksasa tiba-tiba menjulang seakan untuk menyerang helikopter itu. Dia mengangkat dan mengambil beberapa foto ular dan melanjutkan perjalanannya. Ia memperkirakan panjangnya kurang lebih 45 kaki. Ini ngalahin python sepanjang 32 kaki yang berasal dari Indonesia.

Ada yang bilang kalo sucuriju ini spesies ular jaman prasejarah yaitu Gigantophis..

Jembatan Terpanjang di Dunia

Jembatan terpanjang di dunia selesai dibangun di Cina setelah empat tahun pengerjaan. Jembatan sepanjang 42,5 kilometer yang memiliki persimpangan tersebut menghubungkan tiga kota di Cina. Jembatan itu menghubungkan Kota Qingdao di sebelah timur Provinsi Shandong dengan Distrik Huangdao. Panjang jembatan tersebut mencapai 42,5 kilometer atau sekitar delapan kali lebih panjang dari jembatan Suramadu di Jawa Timur, Indonesia, yang memiliki panjang 5,4 kilometer.

Jembatan terpanjang di dunia

Jembatan bernama Qingdao Haiwan tersebut dibangun dua tim berbeda yang mengerjakan sejak 2006. Pembangunan selesai pada Senin (27/12). Jembatan menghubungkan tiga kota pantai di Provinsi Shandong. Salah satu teknisi mengatakan, “Contoh dari komputer dan perhitungannya semua sangat bagus. Tapi Anda tidak bisa bersantai sampai kedua sisi menyatu. Kerenggangan beberapa sentimeter saja bisa memicu bencana.

Jembatan terpanjang ini dibangun salah satu tujuannya ternyata hanya untuk menyingkat jarak tempuh 20 menit dari 2 kota yang berhubungan

Jembatan terpanjang ini dibangun salah satu tujuannya ternyata hanya untuk menyingkat jarak tempuh 20 menit dari 2 kota yang berhubungan

Jembatan Qingdao Haiwan menyisihkan jembatan Lake Pontchartrain Causeway di Louisiana, Amerika Serikat. Lake Pontchartrain Causeway memiliki panjang 38,42 kilometer.

Sejarah Islam di Indonesia

Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibnu Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

Sejarah Pulau Tidung

Pulau Tidung adalah pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Pulau hunian penduduk ini memiliki luas sekitar 109 ha dengan populasi sekitar 4500 jiwa. Nama Pulau Tidung berasal dari kata Tidung, yang artinya tempat berlindung, karena pulau ini sering dijadikan sebagai tempat untuk berlindung dari bajak laut atau perompak,Maka Pulau ini dinamakan Pulau Tidung yaitu pulau untuk tempat berlindung.

Menurut Buku Sejarah Jakarta, yang terbit tahun 1960 atau 1970-an diceritakan, ketika Fatahillah menyerbu Portugis di Malaka, ia menggunakan pulau-pulau di teluk Jakarta ini sebagai basis mengatur strategi pada zaman dahulu, salah satunya adalah Pulau Tidung.

Berdasarkan keterangan penduduk setempat, Pulau Tidung mulai dihuni oleh penduduknya sekitar tahun 1922-an. Pada waktu itu ada seorang penjaga pulau yang didatangkan dari Rawa Belong, Jakarta Barat. Pada tahun 1942 ( saat penjajah Jepang datang ke Indonesia) penduduk Pulau Tidung sempat diungsikan ke daerah Tegal Alur Jakarta Barat. Pengungsian tersebut berlangsung selama tiga tahun, hingga tahun 1945, kemudian penduduk tersebut dapat kembali ke pulau Tidung setelah Penjajahan Jepang lengser.

Kini Pulau Tidung menjadi pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan yang membawahi 3 Kelurahan antara lain: Kelurahan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Untung Jawa dan Kelurahan Pulau Tidung.

Pulau Tidung terhampar membujur panjang dari barat ke timur dan menjadi 2 bagian (Tidung Besar & Tidung kecil) mempunyai Objek- objek yang dapat dikunjungi seperti:

- Jembatan penghubung antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Para pengunjung menamai jembatan ini “jembatan cinta”. konon banyak orang menfasumsikan jika kita mendapat kenalan di jembatan ini akan berjodoh, sebaliknya jika kita melintasi jembatan tersebut dengan pasangan maka akan putus,Lokasi ini paling banyak didatangi wisatawan. Jembatan yang panjangnya sekitar 2.5 km ini terkesan eksotik dan menawan.

- Pantai Tanjongan Timur. Pantai ini tepat didepan Jembatan penghubung. Banyak wisatawan yang menghabiskan waktu dipantai ini, selain pasirnya yang putih, disini juga banyak tenda- tenda kecil penjual makanan atau tempat duduk untuk sekedar minum atau nongkrong. Bagi wisatawan yang berlibur dengan keluarga, pantai ini sangat cocok bermain dan renang di sekitar pantai ini.

- Lapangan Volly. Lapangan ini tepat berada di dekat pantai jembatan penghubung, kegiatan ini cocok sekali untuk wisatawan yang senang berolah raga atau hanya untuk bersenang- senang menghabiskan waktu dengan bermain volley.

- Pantai Tanjung Barat. Pantai ini terletak di ujung pulau Tidung besar sebelah barat & kurang dikenal oleh wisatawan. Pantai ini dikunjungi sedikit wisatawan karena sepi. Namun pantai ini sangat indah apabila dan mengagumkan ketika matahari terbenam. Bagi wisatawan yang tidak menyukai keramaian, pantai inilah yang tepat untuk menikmati keindahan sunset.

- Pelabuhan Betok. Terletak di sebelah timur selatan Tidung besar, Pelabuhan ini merupakan pelabuhan inti tempat kapal- kapal bersandar dan juga sebagai pelabuan tempat hilir mudik para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Tidung. Pelabuhan Betok juga bisa dijadikan sebagai lokasi untuk memancing tanpa pergi jauh menggunakan kapal traditional. Di pelabuhan ini terdapat bangku- bangku panjang yang biasa digunakan wisatawan untuk menghabiskan malam dengan bermain gitar selain memancing dimalam hari.

- Pulau Tidung Kecil. Pulau ini tidak berpenduduk, meskipun terdapat kantor Dinas Pertanian didalamnya. Pulau ini masih terlihat alami dan hijau dikelilingi pohon kelap. Di sebelah timur pulau ini terdapat sebuah makam yang dipercaya sebagai makam Panglima Hitam.Pulau ini menjadi ramai wisatawan sejak jembatan penghubung dibangun. Pulau ini juga bisa digunakan untuk area kemping bagi para petualang.

- Pada pulau tidung kecil ini terdapat beberapa makam, konon warga setempat berpendapat bahwa makam tersebut adalah makam orang yang menemukan pertama kali pulau tidung tersebut.