Jumat, 14 Mei 2010

MANAJEMEN POSISI KAS

Bank Indonesia menghendaki bahwa semua bank senantiasa memiliki tingkat kesehatan yang memadai, diantaranya berbagai macam criteria, ukuran kuantitatif dalam bentuk tingkat likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas mendapatkan perhatian khusus.
Sekalipun jangka panjangnya, rentabilitas yang rendah merupakan ancaman terhadap likuiditas dan solvabilitas untuk masa depanya, namun untuk jangka pendek pemberian prioritas tertinggi pada likuiditas, khususnya dalam bentuk terpenuhinya likuiditas wajib minimum ( LWM ), tidak bisa ditawar – tawar lagi. Dengan ungkapan yang lebih kompak :
LWM = AL/D3 >_0,2 = MCR = minimum cash ratio
AL = AP – (ACPK+ACS+AK+Al) dimana AL = alat atau aktiva likuid D3 = dana/simpangan pihak ketiga
D3 = DG+DD+DT AP = aktiva putar = ACP+ACS+AK+AI
ACPK = aktiva cadangan primer kerja
AK = aktiva kredit/pinjaman nasabah
AI = aktiva investasi
DG = pasiva dan giro
DD = pasiva dana deposito
DT = pasiva dana tabungan
Harus selalu dipenuhi oleh masing – masing bank
Untuk dapat memelihara imbangan yang optimal antara struktur aktiva putar ( AP ) dengan struktur dana pihak ketiga ( D3 ), yaitu yang kita sebut sebagai posisi kas optimal, kita perlu mengetahui karakteristik masing – masing pos pembentuk AP dan D3 tersebut.
Adapun karakteristik urutan peringkat berbagai jenis aktiva putar antara lain :
1) Dari segi likuiditas :
a) ACP ( tertinggi )
b) ACS
c) AI
d) AK ( terendah )
2) Dari segi rentabilitas :
a) AK ( tertinggi )
b) AI
c) ACS
d) ACP ( terendah )
Jika kita lihat dari urutan peringkat berbagai macam dana pihak ketiga antara lain :
 Segi biaya :
a) DG ( terendah )
b) DT
c) DD ( tertinggi )
 Segi keleluasan pemakaian :
a) DD ( terendah )
b) DT
c) DG ( tertinggi )
Dari tabel yang letaknya diatas nampak bahwa antara tingkat likuiditas dengan tingkat rentabilitas terdapat hubungan yang berlawanan dalam arti bahwa semakin tinggi letak peringkat likuiditasnya, maka semakin rendah letak peringkat rentabilitasnya. Dan sebaliknya jika tinggi peringkat rentabilitasnya semakin rendah peringkat likuiditasnya.
Dari tabel yang bawah kolom pertama menunjukkan segi biaya, sedangkan kolom kedua segi derajat keleluasan penggunaanya oleh bank. Dana deposito bisa dimanfaatkan oleh bank dengan harga murah. Bank tidak membayar jasa giro, bahkan mungkin memperoleh penerimaan imbalan biaya administrasi. Selebihnya dari jumlah tersebut baru bank harus membayar jasa giro. Jasa giro ini lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga untuk dana tabungan apalagi dibandingkan dengan suku bunga deposito.
Selain perbedaan karakteristik dalam bentuk tinggi rendahnya biaya, laba yang dihasilkan, likuiditasnya serta luas sempitnya macam penggunaan dana, dalam mengelola posisi kas, pimpinan bank harus waspada akan adanya unsur dinamika perubahan nilai dan komposisi aktiva putar dan pasiva dana simpanan pihak ketiga. Pola perubahan tersebut bisa cukup teratur bisa juga tidak, maka itu tergantung pada pola kegiatan bisnis sebagian besar nasabah bank.
Pola perubahan tersebut bisa kita bedakan kedalam lima macam pola fluktuasi antara lain :
a) Fluktuasi mingguan
b) Fluktuasi musiman
c) Fluktuasi siklis
d) Fluktuasi trend
e) Fluktuasi acak
Semua macam bentuk fluktuasi tersebut dalam melaksanakan pengelolaan posisi kas sangat relevan untuk dipertimbangkan.
Maka dari itu bagaimana cara memperoleh data cara mengolah data tersebut dengan baik, mengingat bahwa misi yang diemban oleh artikel ini sangat terbatas pada penyajian pengetahuan dasar bidang “manajemen perbankan” maka kiranya mudah dipahami dan dimengerti oleh para pembaca, dari uraian kata bahwa mengenai berbagai teknik dan strategi manajemen posisi bank yang lebih memadai dalam arti luas tidak saya sajikan dalam artikel ini.

Sumber :
Pengantar manajemen bank umum; penerbit Universitas Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar